Makna Siwak Dan Bersiwak Yang Sangat Di Anjurkan Dan Cara Bersiwak Bagian 23


Makna Siwak Dan Bersiwak Yang Sangat Di Anjurkan Dan Cara Bersiwak Bagian 23









MAKNA SIWAK DAN BERSIWAK YANG SANGAT DI ANJURKAN DAN CARA BERSIWAK 




ثُمَّ السِّوَاكُ يَتَأَكَّدُ اسْتِحْبَابُهُ فِي مَوَاضِعَ مِنْهَا عِنْد تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمِ وَغَيْرِهِ وَالْأَزْمُ قِيْلَ السُّكُوْتُ الطَّوِيْلُ وَقِيْلَ هُوَ تَرْكُ الْأَكْلِ 

Kemudian bersiwak di tetapkan kesunahannya dalam beberapa tempat darinya yaitu ketika berubah bau mulut dari Azm dan lainnya dan makna 《 AL-AZMU 》 dikatakan adalah diam yang panjang dan dikatakan adalah meninggalkan makan 

وَقَوْلُهُ : ﴿ وَغَيْرِهِ ﴾ يَدْخُلُ فِيْهِ مَا إِذَا تَغَيَّرُ يَأْكُلُ مَالَهُ رَائِحَةِ كَرِيْهَةِ كَالثَّوْمِ وَالْبَصَلِ وَنَحْوِهِمَا وَمِنْهَا عِنْد الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ 

Dan perkataannya ﴾ dan selainnya ﴿ akan masuk padanya suatu kedaan, jika ia berubah dengan memakan benda yang memiliki bau busuk, seperti bawang putih dan bawang merah dan yang menyerupai keduanya dan darinya ketika bangun dari tidur 

كَانَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنَ النَّوْمِ اِسْتَاكِ 》

Ada Hadits Rasulullah saw : 《 jika terbangun dari tidur, maka bersiwak 》 

وَرُوِيَ : 《 يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ 》 

Dan di riwayatkan : 《 membersihkan mulutnya dengan siwak 》. [ HR. Bukhari Dan Muslim Dan Abu Daud Dan An-Nasa'i Dan Ibnu Majah Dan Ad-Daramiy Dan Imam Ahmad Dalam Kitab Musnadnya ] 

وَمَعْنَى يَشُوْصُ : 

Dan makna lafadz 《 YASYUUSHU 》 adalah 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 33 

يُنَظِّفُ وَيَغْسِلُ وَوَجْهُ تَأْكِيْدُ الْاِسْتِحْبَابِ عِنْدَ الْقِيَامِ مِنْهُ أَنَّ النَّوْمِ يَسْتَلْزِمُ تَرَكَ الْأَكَلِ وَالسُّكُوْتَ وَهُمَا مِنْ أَسْبَابِ التَّغَيُّرِ وَمِنْهَا عِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلاَةِ 

membersihkan dan mensucikan dan alasan penegasan yang di sunnahkan ketika bangun dari tidur bahwa tidur itu membutuhkan meninggalkan makan dan diam diantara keduanya dari sebab berubah bau mulut dan dari tidur ketika bangun untuk melakukan Shalat 

لِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 لَوْلَا أَنَّ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لِأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ 》 

Karena sabdanya Nabi saw : 《 seandainya aku tidak memberatkan atas umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan bersiwak ketika setiap Shalat 》. [ HR. Bukhari Dan Muslim Dan Abu Daud Dan Tirmidzi Dan An-Nasa'i Dan Ibnu Majah Dan Ad-Daramiy Dan Imam Malik Dan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya ] 

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ : 《 رَكْعَتَانِ بِالسِّوَاكِ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةَ بِلَا سِوَاكِ 》 

Dan dari 'Aisyah ra dari Nabi saw bersabda : 《 Dua Raka'at Shalat yang di kerjakan dengan bersiwak, maka lebih utama dari tujuh puluh Raka'at yang di kerjakan dengan tanpa bersiwak 》. [ HR. Abu Nu'aim dengan Sanad Jayyid ] 

وَالسِّوَاكُ مُتَأَكِّدُ عِنْدَ الْقِيَامُ إِلَى الصَّلَاةِ وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الْفَمِ مُتَغَيِّرًا وَلَا فَرْقَ بَيْنَ صَلَاةِ الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ حَتَّى لَو صَلَّى صَلَاةً ذَاتَ تَسْلِيْمَاتٍ كَالضُّحَى وَالتَّرَاوِيْحِ وَالتَّجَهُّدِ اسْتَحَبَّ لَهُ أَنْ يَسْتَاكَ لِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَكَذَا لِلْجَنَازَةِ وَالطَّوَافِ 

Dan bersiwak Sunnah Muakkad ketika bangun untuk melakukan Shalat dan jika tidak memungkinkan mulut berubah dan tidak ada perbedaan di antara shalat fardhu dan shalat sunnah sehingga seandainya dia mengerjakan Shalat yaitu Shalat yang memiliki beberapa banyak salam, seperti Shalat Duha dan Shalat Tarawih dan Shalat Tahajjud, maka di sunnahkan kepadanya untuk bersiwak pada setiap Raka'at begitu juga untuk Shalat Janazah dan melakukan Thawaf 

وَلَا فَرْقَ بَيْنَ الصَّلَاةِ بِالْوُضُوْءِ أَوِ التَّيَمُّمِ أَوْ عِنْدَ فَقَدِ الطَّهُوْرَيْنِ وَيَتَأَكَّدُ الْاِسْتِحْبَابُ أََيْضًا عِنْدَ الْوُضُوْءِ 

Dan tidak ada perbedaan antara Shalat dengan Wudhu' atau Tayammum atau ketika kehilangan bersuci keduanya dan Sunnah Muakkad juga ketika berwudhu' 

وَإِنْ لَمْ يُصَلِّ لِمَا وَرَدَ : 《 لَوْلَا أَنَّ أَشُقَّ أُمَّتِيْ لِأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءِ 》 

Dan jika tidak melakukan Shalat, karena apa yang di nyatakan : 《 Seandainya aku tidak memberatkan atas umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan bersiwak ketika setiap berwudhu' 》. [ HR. Bukhari ] 

وَيَسْتَحِبُّ عِنْد قِرَأَةِ الْقُرْآنِ وَعِنْدَ اصْفِرَارِ الْأَسْنَانِ وَإِنْ لَمْ يتَغَيَّرَ الْفَمِ 

Dan di anjurkan ketika membaca Al-Qur'an dan ketika kuningnya gigi dan jika tidak beruba bau mulut 

وَاعْلَمْ أَنَّهُ يَحْصُلُ الْاِسْتِيَاكُ بِخِرْقَةٍ وَبِكُلِّ خُشْنِ مُزِيْلُ وَالْعَوْدُ أَوْلَى وَالْأَرَاكَ أَوْلَى 

Dan ketahuilah bahwa menghasilkan siwak dengan sobekan kain dan dengan setiap benda kasar yang bisa menghilangkan dan ranting kayu lebih utama dan ranting kayu arok lebih utama 

وَالْأَفْضَلُ أَنْ يَكُوْنَ بِيَابِسَ نَدَى بِالْمَاءِ وَيُسْتَحَبُّ غَسْلُهُ لِيَسْتَاكَ بِهِ ثَانِيًا 

Dan lebih utama ranting kayu tersebut dengan ranting kayu kering yang di lembabkan dengan air dan di sunnahkan menyucinya untuk bersiwak dengan kedua kalinya 

وَلَوْ اِسْتَاكَ بِإِصْبَعٍ غَيْرُهُ وَهِيَ خَشِنَةٌ أَجْزَأَ قَطْعًا قَالَهُ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَفِي إِصْبَعُهُ خِلاَفُ الرَّاجِحُ فِي الرَّوْضَةِ 

Dan seandainya bersiwak dengan jari-jari tangan yang lainnya dan ia kasar, maka boleh secara pasti, perkataannya imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 dan dalam menggunakan jari-jari tangannya ada perbedaan pendapat, namun yang rajih dalam kitab 《 RAUDAH 》 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 34 

لاَ يُجْزَئُ وَالرَّاجِحُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ الْأَجْزَاءِ 

Bahwa tidak di bolehkan dan yang rajih dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 adalah di bolehkan bersiwak dengan jari-jari 

وَبِهِ قَطْعَ الْقَاضِيْ حُسَيْنِ وَالْمُحَامِلِيُّ وَالْبَغَوِيُّ وَالشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدْ وَاخْتَارَهُ الرُّوْيَانِيُّ فِي الْبَحْرِ وَلَا بَأْْسَ أَنْ يَسْتَاكَ بِسِوَاكِ غَيْرِهِ بِإِذْنِهِ 

Dan dengannya telah di pisahkan oleh Al-Qadhi Husain dan Al-Muhaamili dan Al-Baghawi dan Asy-Syeikh Abu Hamid dan di pilihnya oleh Ar-Ruyani dalam kitab 《 AL-BAHAR 》 dan tidak apa-apa untuk bersiwak dengan siwak orang lain, dengan izinnya 

وَيَسْتَحِبُّ أَنْ يَسْتَاكَ بِيَمِيْنِهِ وَبِالْجَانِبِ الْأَيْمَنِ مِنْ فَمِهِ وَأَنْ يُمِرَّهُ عَلَى سَقْفٍ حَلْقِ إِمْرَارًا لَطِيْفًا وَكُرَّاسِيْ أَضْرَاسُهُ وَيَنْوِيَ بِالسِّوَاكِ السَّنَةِ 
Dan di sunnahkan untuk bersiwak dengan tangan kanannya dan di mulai samping kanan dari mulutnya dan melintasnya di atas langit-langit kerongkongan melewati secara lembut dan gusi-gusi gigi geraham dan dia niatkan dengan siwak itu untuk mengikuti sunnah 

وَيسْتَحِبُّ عِنْد دُخُوْلِ الْمَنْزِلِ وَعِنْدَ إِرَادَةِ النَّوْمِ، وَاللّٰهُ أَعْلَمُ 

dan di sunnahkan bersiwak ketika masuk rumah dan ketika ingin tidur 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 35 


Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Bersiwak Ketika Berpuasa Bagian 22


Hukum Bersiwak Ketika Berpuasa Bagian 22 








HUKUM BERSIWAK KETIKA BERPUASA 




وَهَلْ يُكْرَهُ لِلصَّائِمِ بَعْدَ الزَّوَالِ فِيْهِ خِلاَفُ الرَّاجِحُ فِي الرَّافِعِيُّ وَالرَّوْضَةِ أَنَّهُ يُكْرَهُ 

Dan apakah dimakruhkannya untuk orang yang berpuasa setelah tergelincirnya mata hari, didalamnya ada ada perbedaan pendapat, maka yang Rajih dalam kitabnya Ar-Rafi'i dan dalam kitab 《 AR-RAUDHAH 》 bahwasannya bersiwak setelah tergelincirnya matahari adalah di makruhkannya 

لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : 《 لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ 》 

Karena sabdanya Nabi saw : 《 sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah, dari bau harumnya minyak misik 》. [ HR. Bukhari Dan Muslim Dan Tirmidzi Dan Nasa'i Dan Ibnu Majah Dan Ad-Daramiy Dan Imam Malik Dan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya ] 

وَفِي رِوَايَةِ : 《 يَوْمَ الْقِيَامَةِ 》 

Dan dalam riwayat lain : 《 pada hari Qiamat 》 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 32 

وَالْخُلُوْفُ بِضَمِّ الْخَاءِ وَاللَّامِ هُوَ التَّغَيُّرَ وَخَصَّ بِمَا بَعْدَ الزَّوَالِ لِأَنَّ تَغَيُّرِ الْفَمِ بِسَبَبِ الصَّوْمِ حِيْنَئِذٍ يَظْهَرُ 

Dan lafadz 《 AL-KHULUUFU 》 huruf Kha' dan Lam di baca dengan Dammah dan makna lafadz 《 AL-KHULUUFU 》 perubahan. Dan dikhususkan dengan apa yang berubah setelah tergelincirnya matahari karena sesungguhnya perubahan mulut dengan sebab berpuasa pada waktu itu adalah suci 

فَلَوْ تَغَيَّرَ فَمُهُ بَعْدَ الزَّوَالِ بِسَبَبِ آخَرَ كَنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ فَاسْتَاكَ لِأَجَلِ ذَلِكَ لَا يُكْرَهُ وَقِيْلَ لَا يُكْرَهُ الْاِسْتِيَاكُ مُطْلَقًا  

Maka seandainya berubah bau mulutnya seseorang setelah tergelincirnya matahari dengan sebab yang lain, seperti tidur atau lainnya, maka bersiwak karena yang demikian itu, tidak di makruhkannya dan di katakan tidak di makrukan bersiwak secara mutlak 

وَبِهِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الثَّلَاثَةَ وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَقَالَ القَاضِي حُسَيْنُ يُكْرَهُ فِي الْفَرْضِ دُوْنَ النَّفْلِ خَوْفًا مِنَ الرِّيَاءِ 

Dan dengannya berkata para Imam yang tiga dan di tarjihnya oleh Imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan berkata Al-Qadhi Husain adalah di makruhkannya bersiwak pada puasa fardu dan tidak di makruhkan pada puasa sunnah karena di takutkan dari riya' 

وَقَوْلُ الْمُصَنِّفِ لِلصَّائِمِ يُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّ الْكَرَاهَةَ تَزُوْلُ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ وَهَذَا هُوَ الصَّحِيْحُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ 

Dan perkataan Al-Mushonnif : { untuk orang yang berpuasa } di ambil darinya bahwa kemakruhan bersiwak akan hilang dengan tenggelamnya matahari dan ini adalah yang Shahih dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 

وَقِيْلَ تَبْقَى الْكَرَاهَةُ إِلَى الْفِطْرَ، وَاللّٰهُ أَعْلَمْ 

Dan di katakan ( pendapat yang lemah) adalah akan tersisa kemakruhannya itu sampai iedul fitrih, dan Allah yang lebih mengetahui 


KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 33 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Bersiwak Bagian 21


Hukum Bersiwak Bagian 21







HUKUM BERSIWAK 



 بَاب السِّوَاك 

Bab Siwak 

 فَصْلٌ  

FASHAL 



﴿ اَلسِّوَاكُ مُسْتَحَبُّ فِي كُلِّ حَالِ إِلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ وَهُوَ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اِسْتِحْبَابًا عِنْدَ تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمٍ وَغَيْرِهِ وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ وَعِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلَاةِ ﴾ 

﴾ Bersiwak hukumnya Sunnah pada setiap keadaan kecuali setelah tergelincirnya matahari untuk orang yang berpusa. Dan bersiwak ada dalam tiga tempat yang sangat di sunnahkan yaitu ketika berubah bau mulut dari lamanya mulut diam dan selainya Azmi dan ketika bangun dari tidur dan ketika bangun untuk melakukan Shalat ﴿ 

اَلسِّوَاكُ سَنَّةُ مُطْلَقًا 

Bersiwak adalah Sunnah secara Mutlak 

لقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 اَلسِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِ 》 

Karena sabdanya Nabi saw : 《 bersiwak menjadi pembersih pada mulut, maka di Ridhai oleh Allah 》. [ HR. Ibnu Hibban Dan Al-Baihaqi Dan An-Nasa'i ] 

وَ 《 مَطْهَرَةٌ 》 بِفَتْحِ الْمِيْمِ وَكَسْرِهَا هِيَ كُلُّ إِنَاءِ يَتَطَهَّرُ بِهِ فَشَبَّهُ السِّوَاكُ بِذَلِكَ لِأَنَّهُ يَطْهَرَ الْفَمِ 

Dan lafadz 《 MATH-HARATUN 》 huruf mimnya di baca fathah dan di baca kasrah adalah setiap bejana yang di gunakan untuk bersuci dengannya, maka siwak di serupakan dengan hal itu karena sesungguhnya siwak dapat membersihkan mulut 


KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 32 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Menghiasi Rumah Dengan Emas Atau Perak Bagian 20


Hukum Menghiasi Rumah Dengan Emas Atau Perak Bagian 20 







HUKUM MENGHIASI RUMAH DENGAN EMAS ATAU PERAK 



قَالَ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَتَمْوِيْهُ سُقُفِ الْبَيْتِ وَجِدَارِهِ بِالذَّهَبِ أَوِ الْفِضَّةِ حَرَامٌ قَطْعًا 

Berkata Imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan menaruhnya pada bubungan rumah dan dindingnya dengan emas atau perak, maka secara pasti hukumnya haram 

ثُمَّ إِنْ حَصَلَ مِنْهُ شَيْءٌ بِالْعَرْضِ عَلَى النَّارِ حَرَمَتْ اِسْتِدَامَتَهُ وَإِلَّا فَلَا وَتَبْعَهُ اِبْنُ الرِّفْعَةِ عَلَى الْجَزْمِ بِذَلِكَ٬ وَاللّٰهُ أَعْلَمْ 

Kemudian jika menghasilkan sesuatu darinya dengan meleburkan di atas api, maka yang melanjutkan pekerjaan itu adalah haram dan kecuali tidak menghasilkan sesuatu darinya, maka tidak haram menurut Ibnu Rif'ah atas yang di tentukan itu, dan Allah yang lebih mengetahui 



قَالَ : 

Berkata Al-Mushonnif : 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 32 


Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Bejana Tembaga Campuran Emas Atau Perak Bagian 19


Hukum Bejana Tembaga Campuran Emas Atau Perak Bagian 19







HUKUM BEJANA TEMBAGA CAMPURAN EMAS ATAU PERAK 

﴿ فَرْعٌ ﴾ لَوْ اِتَّخَذَ إِنَاءٌ مِنْ نُحَاسٍ وَنَحْوِهِ وَمَوَّهُهُ بِالذَّهَبِ أَوِ الْفِضَّةِ إِنْ حَصَلَ بِالْعَرْضِ عَلَى النَّارِ مِنْهُ شَيْءٌ حَرَمٍ عَلَى الصَّحِيْحِ 

﴾ Cabang ﴿ seandainya seseorang membuat bejana dari tembaga dan seumpamanya dan mencampurinya dengan emas atau perak, jika menghasilkan sesuatu dengan meleburkan di atas api dari padanya sesuatu, maka di haram atas pendapat yang Shahih 

وَإِنْ لَمْ يَحْصُلُ بِالْعَرْضِ عَلَى النَّارِ مِنْهُ شَيْءٌ فَالْمُرَجَّحُ فِي هَذَا الْبَابِ أَنَّهُ لَا يَحْرُمُ 

Dan jika tidak menghasilkan sesuatu dengan meleburkan di atas api dari padanya, maka yang rajih dalam Bab ini bahwasannya bejana dari tembaga tersebut tidak haram 

وَالْمُرَجَّحُ فِي بَابِ زَكَاةِ النَّقْدَيْنِ أَنَّهُ يَحْرُمُ 

Dan yang rajih dalam Bab Zakat secara kontan bahwasannya ia diharamkan 

قَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ الْمُهَذّبِ وَلَوْ مَوَّهُ السَّيْفُ وَغَيْرِهِ مِنَ الْاَتِ الْحَرْبِ أَوْ غَيْرِهَا بِذَهَبٍ تَمْوِيْهًا لاَ يَحْصُلُ مِنْهُ بِالْعَرْضِ عَلَى النَّارِ شَيْءٌ فَطَرِيْقَانِ اَصَحَّهُمَا وَبِهِ قَطْعُ الْعِرَاقِيُّوْنَ التَّحْرِيْمُ لِلْحَدِيْثِ  

Imam Nawawi berkata dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan seandainya pedang bercampur emas dan selain dari pada alat perang atau yang lainnya di campurinya dengan emas, tapi tidak menghasilkan sesuatu darinya dengan meleburkan di atas api, maka ada dua jalan pendapat, pendapat yang Ashoh di antara keduanya dan memotong dengannya, menurut ketetapan pendapat ulama'-ulama' Iraq adalah haram karena ada hadits 

وَيَدْخُلُ 

Dan memasukan emas atau perak 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 31 

فِيْهِ الْخَاتِمُ وَالدَّوَاةِ وَالْمُرْمَلَةِ وَغَيْرِهَا فَلْيَجْتَنِبْ ذَلِكَ، وَاللّٰهِ أَعْلَمُ 

ke dalamnya cincin dan botol tinta dan pasir dan selainnya, maka hendaklah dia menghindari hal itu, dan Allah yang lebih mengetahui 


KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 32 


Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Bejana Campuran Permata Dan Yaqut Bagian 18


Hukum Bejana Campuran Permata Dan Yaqut Bagian 18 







HUKUM BEJANA CAMPURAN
PERMATA DAN YAQUT 






وَأَمَّا أَوَانِي غَيْرِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فَإِنْ كَانَتْ مِنَ الْجَوَاهِرِ النَّفِيْسَةِ كَالْيَاقُوْتِ وَالْفَيْرُوْزَجِ وَنَحْوِهِمَا فَهَلْ تَحْرُمُ فِيْهِ خِلاَفِ 

Dan adapun bejana selain emas dan perak, maka jika ia ada dari perhiasan permata seperti Yaqut dan sejenis batu permata dan semisal keduanya, maka apakah haram, di dalamnya ada khilaf dalam madzhab 

قِيْلَ تَحْرُمُ لِمَا فِيْهَا مِنَ الْخُيَلَاءِ وَالسَّرَفِ وَكَسَرُ قُلُوْبُ الْفُقَرَاءْ 

Dikatakan : hukumnya haram karena di dalamnya ada dari kesombongan dan pemborosan dan dapat memalingkan hati orang-orang fakir 

وَالصَّحِيْحُ أَنَّهَا لَا تَحْرُمُ وَلَا خِلاَفُ أَنَّهُ لَا يَحْرُمُ الْإِنَاءُ الَّذِي نَفَاسَتِهِ فِي صَنْعَتِهِ وَلَا يُكْرَهُ كَلَبْسِ الْكَتَّانِ وَالصُّوْفِ النَّفِيْسَيْنِ 

Dan pendapat yang Shahih bahwa bejana selain emas dan perak adalah tidak haram dan tidak ada khilaf bahwasannya tidak haram bejana yang sangat bagus kualitasnya dalam pembuatannya dan tidak di makruhkan seperti pakaian dari sutera kattan dan dari wol yang sangat mahal 


KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 31 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Pembuat Bejana Emas Dan Perak Bagian 17


Hukum Pembuat Bejana Emas Dan Perak Bagian 17 








HUKUM PEMBUAT BEJANA EMAS ATAU PERAK 



وَيَحْرُمُ عَلَى الصَّائِغِ صَنْعَتُهُ وَلَا يَسْتَحِقُّ أُجْرَةً لِأَنَّ فِعْلَهُ مَعْصِيَّةٍ 

Dan haram atas tukang emas membuatnya bejana dan tidak pantas menerima upah karena bahwa perbuatannya adalah maksiat 

وَلَوْ كَسَّرَ شَخْصٌ هَذِهِ الْأَوَانِي فَلَا أَرْشَ عَلَيْهِ وَلَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أََنْ يُطَالِبَهُ 

Dan seandainya seseorang merusak bejana emas ini, maka tidak ada ganti rugi atasnya dan tidak halal seorang pun untuk menuntutnya 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 30 

بِالْأَرْشِ وَلَا رَفْعُهُ إِلَى ظَالِمِ مِنْ حُكَّامٍ زَمَانِنَا لِأَنَّهُمْ جَهْلَةٌ وَيَتَعَاطَوْنَ هَذِهِ الْأَوَانِي حَتَّى يَشْرَبُوْنَ الْمُسْكِرَ مَعَ آلَاتِ اللَّهْوِ 

dengan ganti rugi tersebut dan tidak halal mengangkatnya pada orang dzalim dari hakim pemerintahan di masa kami karena mereka itu adalah orang-orang bodoh dan mereka saling tukar bejana emas dan perak sehingga mereka meminum yang memabukkan bersama alat-alat musik 

وَفِي حَدِيثْ أَبِي هُرَيْرَة رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنهُ أََنَّ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : 《 يُمْسَخُ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِی فِي آخِرِ الزَّمَانِ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ أَلَيْسَ يَشْهَدُوْنَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَنَّكَ رَسُوْلُ اللّٰهُ ؟ قَالَ : بَلَى وَلَكِنَّهُمْ اِتَّخَذُوْا اَلْمَعَازِفَ وَالْقَيْنَاتِ فَبَاتُوْا عَلَى لَهْوِهِمْ وَلِعِبِهِمْ فَأَصْبَحُوْا وَقَدْ مُسِخُوْا قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ 》 

Dan dalam hadits Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : 《 manusia akan berubah bentuk dari umatku dalam akhir zaman menyerupai kera dan babi, mereka berkata : wahai Rasulullah bukankan mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa engkau Utusan Allah ? Rasulullah saw bersabda : Ya, dan tetapi mereka mengambil pemain musik dan menjamin penginapan mereka atas nyanyian mereka dan permainan mereka, maka mereka terjaga di waktu pagi dan sungguh mereka yang berubah bentuk menyerupai kera dan babi 》. [ HR. Bukhari ] 

وَفِي حَدِيثْ أَنَسِ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنهُ أََنَّ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : 《 مَنْ جَلَسَ إِلَى قَيْنَةٍ يَسْتَمِعُ مِنْهَا صُبَّ فِي أُذُنَيْهِ الْآنُكُ 》 

Dan dalam riwayat Hadits Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : 《 barangsiapa yang duduk kepada seorang biduan dan mendengarkan darinya akan di isi dalam telinganya dengan timah 》 

وَالْآنُكُ بِضَمِّ النُّوْنِ وَالْمَدِّ هُوَ الرَّصَاصَ الْمُذَابْ٬ وَاللّٰهُ أعْلَمْ 

Dan lafadz 《 ANUK 》 huruf Nun di baca dengan Dhammah dan di baca MAD dan ia adalah timah yang di cairkan. Dan Allah lebih mengetahui 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 31 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Makna Siwak Dan Bersiwak Yang Sangat Di Anjurkan Dan Cara Bersiwak Bagian 23

Makna Siwak Dan Bersiwak Yang Sangat Di Anjurkan Dan Cara Bersiwak Bagian 23 MAKNA SIWAK DAN BERSIWAK YANG SANGAT D...