Air Najis Bagian 10
4. PENGERTIAN AIR NAJIS
قَالَ : وَمَاءٌ نَجِسٌ وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ وَهُوَ دُوْنَ الْقُلَّتَيْنِ أَوْ كَانَ قُلَّتَيْنِ فَتَغَيَّرُ هَذَا هُوَ الْقِسْمُ الرَّابِعُ مِنَ الْمِيَاهِ وَهُوَ كَمَا ذَكَرَهُ يَنْقَسِمُ إِلَى قَلِيْلٍ وَكَثِيْرٍ
Al-Mushonnif berkata : Dan air najis adalah air yang kejatuhan benda najis padanya yaitu tanpa dua Qullah atau ada dua Qullah, maka air tersebut berubah, ini adalah bagian yang ke empat dari bagian-bagian air dan air itu adalah sebagaimana di sebutkan terbagi kepada air yang sedikit dan air yang banyak
فَأَمَّا الْقَلِيْلُ فَيَنْجُسُ بِمُلاَقَاةِ النَّجَاسَةِ الْمُؤَثِّرَةِ سَوَاءٌ تَغَيَّرُ أَمْ لاَ كَمَا أَطْلَقَهُ الشَّيخْ لِمَفْهُوْمِ قَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ
Adapun air yang sedikit, maka ia akan menjadi najis dengan bertemunya benda najis yang memberi bekas, sama saja berubah atau tidak, sebagaimana yang telah di Mutlakkan oleh Syekh karena yang di pahami Sabdanya Nabi saw
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 22
وَالَّسلاَمُ : 《 إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلُ خَبَثًا 》
《 Jika air sampai dua Qullah, maka air itu tidak mengandung kotor 》. [ HR. Abu Daud Dan Tirmidzi Dan An-Nasa'i Dan Ibnu Majah Dan Ad-Daramiy Dan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya Dan Imam Syafi'i Dalam Kitab Musnadnya ]
وَفِي رِوَايَةِ 《 نَجِسًا 》 : فَدَلَّ الْحَدِيْثُ بِمَفْهُوْمِهِ عَلَى أَنَّهُ إِذَا كَانَ دُوْنَ قُلَّتَيْنِ يَتَأَثَّرُ بِالنَّجَاسَةِ وَاحْتَرَزَ بِالنَّجَاسَةِ الْمُؤَثِّرَةِ عَنْ غَيْرِ الْمُؤَثِّرَةِ
Dan dalam riwayat lain 《 Najis 》, maka menunjukkan hadits itu dengan mafhumnya atas kebalikannya, bahwa jika ada air kurang dari dua Qullah dapat terpengaruhi dengan najis dan berhati-hatilah dengan najis yang memberi bekas dari yang tidak memberi bekas
قَالَ النَّوَوِي فِي الرَّوْضَةِ : كَالْمَيْتَةِ الَّتِي لاَ نَفْسَ لَهَا سَائِلَةِ مِثْلَ الذُّبَابِ وَالْخَنَافِسَ وَنَحْوِهَا وَكَالنَّجَاسَةِ الَّتِي لاَ يُدْرِكُهَا الطَّرْفِ لِعُمُوْمِ الْبَلْوَى بِهِ وَكَمَا إِذَا وَقَعَ الذُّبَابِ عَلَى نَجَاسَةِ ثُمَّ سَقَطَ فِي الْمَاءِ وَرَشَاشِ الْبَوْلِ الَّذِي لاَ يُدْرِكُهُ الطَّرْفُ فَيَعْفَى عَنْهُ وَكَمَا إِذَا وَلَغَتِ الْهِرَّةِ الَّتِي تَنَجَّسَ فَمُهَا ثُمَّ غَابَتِ وَاحْتَمَلَ طَهَارَةُ فَمِهَا فَإِنَّ الْمَاءَ الْقَلِيْلَ لاَ يَنَجَّسَ فِي هَذِهِ الصُّوَرِ
Imam Nawawi berkata dalam Kitab 《 RAUDHAH 》 : seperti bangkai yang tidak ada darah mengalir untuknya, seumpama lalat dan kumbang dan semisalnya dan seperti najis yang tidak dapat di lihatnya oleh mata karena ke umuman kejadian dengannya dan sebagaimana jika hinggap seekor lalat di atas najis, kemudaian dia jatuh ke dalam air dan percikan air kencing yang tidak dapat di lihatnya oleh mata, maka dapat di maafkan darinya dan sebagaimana jika jilatan kucing yang terkena najis mulutnya, kemudian najis itu menghilang dan mempengaruhi kesucian mulutnya, maka sesungguhnya air yang sedikit itu tidak dapat menjadi najis dalam gambaran masalah ini
KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 23
Wallahu A'lam Bish-Showab