Hukum Menggunakan Bejana Dari Emas Dan Perak Bagian 16


Hukum Menggunakan Bejana Dari Emas Dan Perak Bagian 16 







HUKUM MENGGUNAKAN BEJANA
DARI EMAS ATAU PERAK 


بَابُ الْآنِيَةُ 

BAB BEJANA 


﴿ وَلاَيَجُوْزُ اسْتِعْمَالُ أَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَيَجُوْزُ اِسْتِعْمَالُ غَيْرَهُمَا مِنَ الْأَوَانِي ﴾ 

﴾ Dan tidak boleh menggunakan bejana emas dan perak dan boleh menggunakan selain keduanya dari bejana ﴿ 

لِمَا فِي الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ مِنْ رِوَايَةِ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَْنهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : 《 لاَتَلْبَسُوْا اَلْحَرِيْرَ وَلَا الدِّيْبَاجَ وَلَا تَشْرَبُوْا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فَإِنَّهَا لَهُمْ 

Sebab dalam Hadits Shahih dari riwayat Hudzaifah ra, ia berkata : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : 《 janganlah kalian memakai sutera dan jangan memakai kain bersulam sutera dan jangan meminum dalam bejana emas dan perak, maka sesungguhnya barang-barang itu adalah untuk mereka 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 28 

فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ 》 

dalam dunia dan tidak untuk mereka dalam akhirat 》. [ HR. Bukhari Dan Muslim Dan Abu Daud Dan Tirmidzi Dan Nasa'i Dan Ibnu Majah Dan Ad-Daramiy Dan Imam Ahmad Dalam Kitab Musnadnya ] 

وَفِي مُسْلِمْ : 《 اَلَّذِي يَشْرَبُ فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ 》 

Dan dalam Riwayat Imam Muslim : 《 Orang yang meminum dalam bejana emas dan perak, sesungguhnya ia menuangkan ke dalam perutnya adalah api neraka jahannam 》. [ HR. Bukhari Dan Muslim Dan Ibnu Majah Dan Imam Malik Dan Imam Ahmad Dalam Kitab Musnadnya ] 

وَفِي رِوَايَةِ : 《 مَنْ شَرِبَ فِي إِنَاءٍ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ فَإِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارًا مِنْ جَهَنَّمَ 》 

Dan dalam Riwayat lain : 《 Orang yang minum dalam bejana dari emas atau perak, maka sesungguhnya ia menuangkan dalam tubuhnya api dari neraka jahannam 》. [ HR. Muslim ] 

وَفِي رِوَايَةِ : 《 إِنَّ الَّذِي يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ 》 الحَدِيْثُ 

Dan dalam satu Riwayat : 《 sesungguhnya yang makan dan minum 》. Al-Hadits 

وَجِيْمُ يُجَرْجِرُ الثَّانِيَةَ مَكْسُوْرَةٌ بِلَا خِلاَفً 

Dan huruf Jim lafaz 《 YUJARJIRU 》 yang ke dua adalah di baca Kasrah dengan tidak ada perbedaan pendapat 

قَالَهُ النَّوَوِيُّ وَفِي الْإِقْلِيدْ حِكَايَةُ الْخِلاَفْ 

Perkataannya Imam Nawawi dan dalam kitab 《 AL-IQLID 》 ada satu hikayah tentang perbedaan pendapat 

وَأَمَّا النَّارُ فَيَجُوْزُ فِيْهَا الرَّفْعُ وَالنَّصْبُ وَالنَّصْبُ هُوَ الصَّحِيْحُ وَمَعْنَاهُ أَنَّ الشَّارِبَ يُلْقِي النَّارَ فِي بَطْنِهِ 

Dan adapun lafaz 《 AN-NAARU 》 maka boleh di dalamnya membaca Rafa' dan Nashob dan orang yang membaca Nashob adalah yang Shoheh dan maknanya adalah bahwa yang meminum itu melemparkan api ke dalam perutnya 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 29 

بِتَجَرُّعٍ مُتَتَابِعٍ يَسْمَعُ لَهُ جَرْجَرَةُ وَهِيَ الصَّوْتُ لِتَرَدَّدَهُ فِي حَلْقِهِ وَعَلَى رِوَايَةِ الرّفْعِ تَكُوْنُ النَّارُ فَاعِلَةٌ 

dengan meneguk secara berturut-turut dapat terdengar untuknya bunyi menggelegak dan ia adalah suara karena canggung dalam kerongkongannya dan atas dasar riwayat yang Rafa' adalah 《 AN-NAARU 》 menjadi Fa'il 

وَمَعْنَاهُ أَنَّ النَّارَ تُصَوِّتُ فِي جَوْفِهِ عَافَانَا اللّٰهُ تَعَالَى مِنْهَا وَمِنْ فِعْلَ يُقَرِّبُنَا إِلَيْهَا 

Dan maknanya : bahwa api itu menjadi suara dalam rongganya, semoga Allah Ta'ala mengampuni kita darinya dan dari perbuatan yang mendekatkan kita kepadanya 

قَالَ النَّوَوِيُّ فِي شَرَحْ مُسْلِمْ٬ قَالَ أَصْحَابُنَا : اِنْ عَقَدَ الْإِجْمَاعُ عَلَى تَحْرِيْمِ الْأَكَلِ وَالشَّرَبِ وَسَائِرُ الِْاسْتِعْمَالُ فِي إِنَاءِ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةِ إِلَّا مَا حُكِيَ عَنْ دَاوُدْ 

Berkata Imam Nawawi dalam Kitab 《 SYARAH SHAHIH MUSLIM 》 berkata Ash-Hab kami ( Syafi'iyyah ) bahwa telah menyimpulkan kesepakatan atas pengharaman makan dan minum dan semua yang menggunakan pada bejana emas atau perak kecuali apa yang di kisahkan dari Daud 

وَقَوْلُ الشَّافِعِيُّ قَدِيمْ لِلشَّافِعِيُّ إِنَّهُ يُكْرَهُ وَالْمُحَقِّقُوْنَ لَا يَعْتَدُّوْنَ بِخِلَافِ دَاوُدْ 

Dan imam Syafi'i memiliki Qaul Qadim bahwa imam Syafi'i memakruhkannya dan para muhaqqiq tidak memperhatikan pada perbedaan Daud 

وَكَلَامُ الشَّافِعِيُّ مُؤَوَّلُ كَمَا قَالَهُ صَاحِبُ التَّقْرِيْبُ مَعَ أَنَّ الشَّافِعِيَّ رَجَعَ عَنْ هَذَا الْقَدِيمْ 

Dan ucapan Imam Syafi'i di terangkan sebagaimana perkataannya 《 SHOHIBUT TAQRIIB 》 dengannya bahwa Imam Syafi'i telah mengembalikan dari Qaul Qadim itu 

فَحَصَلَ أَنَّ الْإِجْمَاعَ مُنْعَقِدُ عَلَى تَحْرِيْمِ اسْتِعْمَالِ إِنَاءِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فِي الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالطَّهَارَةِ وَالْأَكْلِ بِعَلَقَةِ مِنْ أََحَدِهِمَا وَالتَّبَخُّرُ بِمُبْخُرَةِ مِنْهَا وَجَمِيْعِ وُجُوْهُ الِْاسْتِعْمَالُ وَمِنْهَا اَلْمُكْحُلَةِ وَالْمِيْلُ وَظَرْفُ الْغَالِيَةُ وَغَيْرَ ذَلِكَ سَوَاءٌ اَلْإِنَاءِ الصَّغِيْرُ وَالْكَبِيْرُ 

Maka memperoleh bahwa ijma' menemukan atas keharaman penggunaan bejana emas dan perak pada makan dan minum dan bersuci dan makan dengan sendok dari salah satu keduanya dan menguapkan dengan penguapan darinya dan semua sisi penggunaan dan darinya tempat celak mata dan batang celak dan tempat celak yang mahal dan selain itu, sama saja benjana yang kecil dan yang besar 

وَيَسْتَوِي فِي التَّحْرِيْمِ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ بِلَا خِلاَفٍ 

Dan menjadi sama dalam pengharaman itu pada seorang laki-laki dan perempuan dengan tanpa perbedaan pendapat 

وَإِنَّمَا فُرِّقَ بَيْنَ الرَّجُلُ وَالْمَرْأَةُ فِي التَّحَلِّي لِقَصْدِ زِيْنَةِ النِّسَاءِ لِلزَّوْجِ وَالسَّيِّدِ 

Dan sesungguhnya apa yang di pisah antara seorang laki-laki dan seorang wanita dalam berhias karena maksud menghiasi seorang wanita untuk suami dan tuannya 

وَيَحْرُمُ اِسْتِعْمَالُ مَاءِ الْوَرْدِ وَالْأَدْهَانِ فِي قَمَاقِمِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ هَذَا هُوَ الصَّحِيْحُ 

Dan haram menggunakan air dingin dan minyak dalam botol emas dan perak, ini adalah pendapat yang shahih 

وَفِي اَلْقَنَانِيِّ وَكَذَا يَحْرَمُ تَزْيِيْنُ اَلْحَوَانِيْتِ وَالْبُيُوْتِ وَالْمَجَالِسِ بِأَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ هَذَا هُوَ الصَّوَابُ وَجَوَّزَهُ بَعْضَ الْأَصْحَابُ وَهُوَ غَلَطُ لِأَنَّ كُلَّ شَيْءِ أََصْلُهُ حَرَامٍ فَالنَّظَرِ إِلَيْهِ حَرَامٌ 

Dan dalam kitab 《 AL-QANAANIY 》 begitu juga haram menghiasi toko dan rumah dan tempat duduk dengan bejana emas dan perak, ini adalah pendapat yang benar dan yang memperbolehkannya toko dan rumah dengan bejana emas dan perak oleh sebagian Ash-Hab Syafi'iyyah dan itu adalah telah membuat kesalahan karena setiap sesuatu asalnya haram, maka memandang kepadanya adalah haram 

وَقَدْ نَصُّ الشَّافِعِي وَالْأَصْحَابُ أََنَّهُ لَوْ تَوَضَّأَ أَوِ اغْتَسَلَ مِنْ إِنَاءِ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ عَصَى 

Dan sungguh ada Nash imam Syafi'i dan Ash-Hab Syafi'iyyah bahwa seandainya berwudhu' atau mandi dari bejana emas dan perak, maka dia telah melakukan bermaksiat 

وَيَحْرُمُ اتِّخَاذُ هَذِهِ الْأَوَانِي مِنْ غَيْرِ اسْتِعْمَالٍ عَلَى الصَّحِيْحِ لِأَنَّ مَا حَرَمَ اسْتِعْمَالُهُ حَرَمُ اتِّخَاذُهُ كَالَآتِ اللَّهْوِ عَافَانَا اللّٰهُ الْكَرِيْمِ مِنْ تَعَاطِي مَا هُوَ سَبَبُ لِلنَّارِ 

Dan haram mengambil bejana emas dan perak ini dari selain menggunakan, atas pendapat yang Shahih, karena apa yang di haramkan pada penggunaannya maka haram pengambilannya, seperti alat-alat musik, semoga Allah yang Maha Mulia mengampuni kita dari memperaktekkan apa yang menjadi sebab pada Neraka 


KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 30 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Hukum Tulang Dan Rambutnya Bangkai Hewan Bagian 15


Hukum Tulang Dan Rambutnya Bangkai Hewan Bagian 15 









HUKUM TULANG DAN RAMBUTNYA BANGKAI HEWAN 


﴿ وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجْسٌ إِلَّا الْآدَمِيُّ ﴾ اَلْأَصْلُ فِي ذَلِك قَوْلِهِ تَعَالَى : ﴿ حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ ﴾ وَتَحْرِيْمُ مَا لَيْسَ مُحْتَرَامٌ وَلَا ضَرَرٌ فِي أَكْلِهِ يَدُلُّ عَلَى نَجَاسَتِهِ 

﴾ Dan tulang bangkai dan rambutnya adalah najis kecuali anak adam ﴿ Dalil dalam hal ini adalah Firman-Nya Allah Ta'ala : ﴾ Di haramkan kepada kamu ( memakan ) bangkai ﴿ dan pengharaman apa yang tidak di haramkan dan tidak bahaya dalam memakannya menunjukkan atas kenajisannya 

وَلَا شَكَّ أََنَّ الْعَظْمَ وَالشَّعْرَ مِنْ أََجْزَاءِ الْحَيَوَانَ نَعَمْ فِي الشَّعْرِ خِلاَفٌ فِي أََنَّهُ يَنْجُسُ بِالْمَوْتِ أَمْ لَا وَهُوَ قَوْلَانِ : 

Dan tidak di ragukan bahwa tulang dan rambut dari bagian-bagian tubuh hewan, ya dalam rambut hewan adalah ada perbedaan dalam pendapat, sesungguhnya tulang dan rambut menjadi najis dengan sebab kematian atau tidak dan ia adalah ada dua pendapat : 

أََحَدُهُمَا : لَا يَنْجُسُ لِأَنَّهُ لَا تَحُلُّهُ الْحَيَاةُ فَلَا رُوْحَ فِيْهِ فَلَا يُنَجَّسُ بِالْمَوْتِ بِدَلِيْلٍ أَنَّهُ إِِذَا قَطْعٌ لَا يُحِسُّ وَلَا يَأْلَمُ 

Salah satunya : tidak menjadi najis karena sesungguhnya tidak menempati bulu pada kehidupan, maka tidak ada ruh di dalamnya, jadi tidak najis dengan sebab kematian dengan dalil bahwa jika bulu di potong, tidak merasakan dan tidak menderita sakit 

وَأَظْهَرُهُمَا أََنَّهُ يَنْجُسُ وَهُوَ الَّذِي جَزَمَ بِهِ الشَّيْخُ لِأَنَّهُ إِنْ حَلَّتْهُ الْحَيَاةِ فَيُنْجُسُ إِلَّا فَيَنْجُسُ تَبِعًا لِلْجُمْلَةِ لِأَنَّهُ مِنْ جُمْلَتِهَا كَمَا يَجِبُ غَسْلُهُ فِي الطَّهَارَةِ وَالْجَنَابَةِ 

Dan Adzhar keduanya bahwa rambut itu menjadi najis dan ia yang telah di tentukan dengannya oleh Syekh Abu Suja' karena jika bulu itu bernyawa, maka dapat menjadi najis dengan seabab kematian kecuali ada ruh, maka akan menjadi najis karena mengikuti pada seluruh badan karena sesungguhnya dari benerapa tubuh sebagaimana kewajiban membasuhnya dalam mensucikan dan mandi janabah 

وَأَمَّا الْعَظْمُ فَفِيْهِ خِلاَفُ قِيْلَ إِنَّهُ كَالشَّعْرِ وَالْمَذْهَبُ الْقَطْعُ بِنَجَاسَتِهِ لِأَنَّهُ يُحُسُّ وَيَأْلَمْ بِالْقَطْعِ وَالصُّوْفِ وَالْوَبَرُ وَالرِّيْشُ كَالشَّعْرِ 

Dan adapun tulang, maka di dalamnya ada perbedaan, QIILA ( Pendapat Yang Lemah ): bahwa tulang itu seperti rambut, dan Pendapat Madzhab ( unggul ) adalah mengukur dengan kenajisannya karena merasakan dan menderita sakit dengan pemotongan dan bulu pahat dan bulu halus dan bulu pelapah seperti bulu rambut 

فَإِذَا قُلْنَا بِنَجَاسَتِهِ الشِّعْرُ فَفِي شَعْرِ الْآدَمِيّ قَوْلَانِ بِنَاءً عَلَى نَجَاسَتِهِ بِالْمَوْتِ إِِنْ قُلْنَا يَنْجُسُ بِالْمَوْتِ فَكَذَا يَنْجُسُ شَعْرُهُ وَإِنْ قُلْنَا لَا يَنْجُسُ وَهُوَ الرَّاجِحُ فَلَا يَنْجُسُ شَعْرُهُ بِالْمَوْتِ عَلَى الْأَصَحُّ٬ وَاللّٰهُ أَعْلَمْ 

Maka jika pendapat kami dengan kenajisannya rambut, maka dalam rambut anak adam, ada dua pendapat adalah terbangun pendapat ini atas kenajisannya dengan kematian, jika pendapat kami akan najis dengan kematian, maka begitu juga akan menjadinajis rambutnya dan jika pendapat kami tidak akan najis dan ia adalah pendapat yang rajih, maka tidak akan najis rambutnya dengan sebab kematian atas pendapat yang Ashoh, Allah yang lebih mengetahui 


KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 28 


Wallahu A'lam Bish-Showab 

Cara Menyamak Kulit Bangkai Hewan Bagian 14


Cara Menyamak Kulit Bangkai Hewan Bagian 14 







CARA MENYAMAK KULIT BANGKAI HEWAN 



بَابُ جُلُوْدُ الْمَيِّتَةِ وَعَظَمِهَا 

BAB KULIT BANGKAI DAN TULANGNYA 


قَالَ : ﴿ فَصْلٌ : وَجُلُوْدُ الْمَيِّتَةِ تَطَهَّرَ بِالدَّبَّاغِ إِلَّا جِلْدَ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَمَا تَوَلُّدٌ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا ﴾ 

Al-Mushonnif berkata : ﴾ Fashal : Dan kulit bangkai menjadi suci dengan disamak kecuali kulit anjing dan babi dan apa yang lahir dari keduanya atau dari salah satu keduanya ﴿ 

اَلْحَيَوَانُ الَّذِي يُنَجِّسُ بِالْمَوْتِ إِذَا دَبَغَ جَلْدُهُ يُطَهِّرُ بِالدَّبَّاغِ سَوَاءً فِي ذَلِكَ مَأْكُولِ اللَّحْمِ وَغَيْرِهِ 

Hewan yang menjadi najis dengan sebab mati, jika menyamak kulitnya, maka sucilah ia dengan di samak, sama saja dalam hal itu hewan yang di makan dagingnya dan selainnya 

وَالْأَصْلُ فِي ذَلِكَ حَدِيثٌ مَيْمُوْنَةُ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا حَيْثُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَاتِهَا 《 لَو أَخَذْتُمْ إِهَابَهَا ؟ فَقَالُوْا : إِنَّهَا مَيْتَةٌ٬ فَقَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ :  يُطَهِّرُهُ الْمَاءُ وَالْقَرَظُ 》  

Dan ashal dalam masalah itu, ada hadits dari Maimunah Ra, dimana Nabi saw berkata pada orang yang menyeret kambingnya 《 seandainya kalian mengambil kulitnya ? maka mereka berkata : sesungguhnya kambing itu bangkai, Maka Rasulullah saw bersabda : sucikanlah kulitnya dengan air dan daun salam 》. [ HR. Abu Daud Dan Nasa'i Dan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya ] 

وَعَنْ 

Dan dari 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 26 

اِبْنُ عَبَّاسْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا أََنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ : 《 إِذَا دَبَغَ الْإِيْهَابُ فَقَدْ طَهُرَ 》 

Ibnu 'Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : 《 Jika kulit bangkai telah di samak, maka sungguh ia menjadi suci 》. [ HR. Muslim Dan Abu Daud Dan Nasa'i Dan Ad-Daramy Dan Imam Malik Dan Imam Ahmad dalam Kitab Musnadnya ] 

ثُمَّ إِذَا دَبَغَ الْجِلْدُ طَهُرَ ظَاهِرِهِ قَطْعًا وَكَذَا بَاطِنُهُ عَلَى الْمَشْهُوْرِ الْجَدِيْدِ فَيُصَلِّي عَلَيْهِ وَفِيهِ وَيُسْتَعْمَلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْيَابِسَةِ وَالرَّطِبَةُ وَيَجُوزُ بَيْعُهُ وَهِبَتُهُ وَالْوَصِيَّةُ بِهِ 

Kemudian jika menyamak kulit, menjadi sucilah dzahirnya secara pasti dan begitu juga bagian dalamnya, atas Qaul Jadid yang Msyhur, maka seseoranh shalat di atasnya dan di dalamnya ada kulit yang di samak dan di gunakan pada suatu benda yang kering dan yang basah dan boleh menjualnya dan memberinya dan mewasiatkan dengannya 

وَهَلْ يَجُوْزُ أَكْلُهُ مِنْ مَأْكُوْلِ اللَّحْمِ رَجَّحَ الرَّافِعِيُّ بِالْجَوَازِ وَرَجَّحَ النَّوَوِيَّ اَلتَّحْرِيمُ 

Dan apakah boleh memakannya dari hewan yang di makan dagingnya, maka pendapat yang rajih menurut Ar-Rafi'i adalah dengan membolehkannya, dan pendapat yang rajih menurut imam Nawawi adalah di haramkan 

وَيَكُوْنُ الدِّبَّاغُ بِالأَشْيَاءِ اَلْحِرِّيْفَةِ كَالشَّبِ وَالشَّتِّ وَالْقَرْظِ وَقُشُوْرِ الرُّمَّانِ وَالْعَفْصِ 

Dan keadaan kulit yang di samak itu dengan suatu benda yang tajam, seperti tawas dan biji pala terasa pahit dan daun salam dan kulit buah delima dan kayu manjakani 

وَيَحْصُلُ الدَّبَّاغُ بِالأَشْيَاءِ الْمُتَنَجِّسَةِ وَالنَّجَسَةِ كَذُرْقِ الْحَمَامْ عَلَى الْأَصَحُّ وَلَا يَكْفِي التَّجْمِيْدُ بِالتُّرَابِ وَالشَّمْسِ عَلَى الصَّحِيحِ 

Dan penyamakan berlangsung dengan suatu benda yang menjadi najis dan suatu benda yang najis, seperti kotoran burung merpati, atas pendapat yang Ashoh. Dan tidak cukup di samak membekukan dengan debu dan sinar matahari, atas pendapat yang Shahih 

وَيَجِبُ غَسْلُهُ بَعْدَ الدَّبَّاغِ إِنْ دَبِغَ بِنَجَسٍ قَطْعًا وَكَذَا إِنْ دَبِغَ بِطَاهِرَ عَلَى الْأَصَحَّ 

Dan wajib menyucinya setelah di samak, jika penyamakan dengan benda najis secara pasti dan begitu juga jika di samak dengan benda suci atas pendapat yang Ashoh 

قَالَ الْأَصْحَابْ : وَيُعْتَبَرُ فِي كَوْنِهِ صَارَ مَدْبُوْغًا ثَلَاثَةَ أُمُوْرٍ 

Berkata para Ash-Hab Syafi'i : dan dapat memperhatikan pada keadaannya proses penyamakan ada tiga perkara : 

أَحَدُهَا : نَزْعُ فَضَلاَتِهِ 

Pertama : memindahkan bekas dagingnya 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 27 

اَلثَّانِی : أَنْ يَطِيْبَ نَفْسَ الْجِلْدَ 

Kedua : untuk mengharumkan dzat kulit 

الثَّالِثُ : أَنْ يَنْتَهِيَ فِي الدَّبِغَ إِلَى حَالَةٍ بِحَيْثُ لَوْ نَقَعَ فِي المَاءِ لَمْ يَعُدِ الْفَسَادُ وَالنَّتِنُ٬ وَاللّهُ أَعْلَمُ 

Ketiga : untuk mengakhiri dalam penyamakan pada keadaan kulit yang demikian itu, seandainya di rendam ke dalam air, maka tidak menjanjikan pada kerusakan dan berbau busuk. Dan Allah lebih mengetahui 

وَأَمَّا جِلْدُ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ وَفَرْعُ أََحَدِهِمَا فَلَا يَطْهَرُ بِالدِّبَاغِ عِنْدَنَا بِلَا خِلاَفِ لِأَنَّهُمَا نَجِسَانِ فِي حَالِ الْحَيَاةِ وَالدِّبَاغُ إِنَّمَا يُطَهِّرُ جِلْدًا نَجُسَ بِالْمَوْتِ لِأَنَّ غَايَةِ الدِّبَاغِ نَزْعُ الْفُضَّلاَتِ وَدَفْعُ الْاِسْتِحَالاَتِ 

Dan adapun kulit Anjing dan Babi dan cabang dari salah satu keduanya, maka tidak suci dengan samakan di sisi kami dengan tanpa perbedaan pendapat, karena bahwa keduanya adalah najis pada masa hidupnya dan penyamakan itu hanya menyucikan kulit yang najis dengan kematian sebab tujuan dari penyamakan itu adalah menghilangkan kotoran-kotorannya dan menghilangkan kerusakan zatnya 

وَمَعْلُوْمٌ أََنَّ الْحَيَاةَ أَبْلَغُ فِي ذَلِكَ مِنَ الدِّبَاغِ فَإِذَا لَمْ تُفِدِ الْحَيَاةُ الطَّهَارَةُ فَأَوْلَى أََنْ لَا يُفِيدَ الدِّبَاغِ 

Dan yang di ketahui bahwa hidup itu lebih kuat pada yang demikian itu dari penyamakan, jika tidak bermanfaat dalam kehidupannya pada kesucian, maka terutama bahwa tidak dapat bermanfaat pada penyamakan itu 

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 28 

Wallahu A'lam Bish-Showab 

Makna Siwak Dan Bersiwak Yang Sangat Di Anjurkan Dan Cara Bersiwak Bagian 23

Makna Siwak Dan Bersiwak Yang Sangat Di Anjurkan Dan Cara Bersiwak Bagian 23 MAKNA SIWAK DAN BERSIWAK YANG SANGAT D...